Luqmanul Hakim

Luqmanul Hakim hanyalah seorang budak penggembala yang berkulit hitam. Namun, ia tersohor dengan akhlak dan kepribadiannya, serta tutur katanya yang bijak, mendalam, serta memiliki bobot makna. Saat mendengar kabar tentang dirinya, Nabi Daud tergerak mengutus ajudannya agar segera menebus dan memerdekakan Luqman. Dalam waktu singkat, ia mengangkat Luqman agar menjabat selaku “hakim” di wilayah kekuasaannya.


Kisah Luqman tentang semuanya pasti beresiko

Luqman al-Hakim (Luqman Ahli Hikmah, wisdom atau filsafat) adalah orang yang disebut dalam Al-Qur’an dalam surah Luqman [31]:12-19 yang terkenal karena nasihat-nasihatnya kepada anaknya. Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama panjang Luqman ialah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan asal usul Luqman, sejumlah ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari bangsa Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari bangsa Naubah, dan ada yang berpendapat ia berasal dari Sudan. Ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim atau failasuf pada zaman nabi Daud AS.

Dikisiahkan dalam sebuah riwayat, bahwa pada suatu hari Luqman al-Hakim telah memasuki pasar untuk membeli seekor keledai. Keluar dari pasar dia mengendarai keledainya, sedangkan anaknya mengikutinya dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, orang-orang berkata, “Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, dia mengendarai keledai, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki.”

Setelah mendengarkan desas-desus dari orang-orang tersebut maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu dinaikkan anaknya di atas keledai itu. Melihat keduanya, maka orang-orang pun berkata pula, “Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya enak-enakan menaiki keledai itu, sungguh kurang ajar anak itu.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun naik ke punggung keledai itu bersama anaknya. Kemudian orang-orang berkata lagi, “Lihat itu dua orang menaiki seekor keledai, mereka sungguh menyiksa keledai itu.” Karena tidak suka mendengar percakapan orang, Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian terdengar lagi orang berkata, “Dua orang berjalan kaki, dan keledai itu nganggur tidak dikendarai.”

Dalam perjalanan pulang, Luqman al-Hakim menasihati anaknya mengenai sikap manusia dan ucapan-ucapan mereka. Ia berkata, “Sesungguhnya tidak ada seseorang pun yang lepas dari ucapannya. Maka orang yang berakal tidak akan mengambil pertimbangan kecuali kepada Allah Sang Mahabenar. Siapa pun yang mengenal kebenaran, maka kebenaran itulah yang menjadi pertimbangannya.”

Kemudian Luqman al-Hakim berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, carilah rezeki yang halal agar kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya orang fakir itu akan mengalami tiga persoalan:

1. tipis keimanan dalam agamanya

2. lemah akalnya sehingga mudah tertipu dan

3. hilang kepribadiannya.

dan jangan sekali-kali merendahkan orang lain dan menganggap ringan urusan orang lain.”


Kisah Luqman tentang 2 perkara baik & 2 perkara buruk

Dalam kitab an-Nawâdir, Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qalyubi menyuguhkan sebuah renungan dalam kisah Luqman an-Naubi al-Hakim bin Anqa’ bin Baruq. Ia adalah penduduk asli Ailah, sebuah kota Islam kuno yang sekarang masuk kota bernama Aqaba, sebelah selatan Yordania, dekat perbatasan Israel. Cerita dimulai ketika Luqman al-Hakim menerima seekor kambing dari tuannya. Sang tuan meminta Luqman menyembelih kambing tersebut dan mengantarkan bagian paling buruk, paling kotor, dari tubuh kambing itu. Ya. Luqman menggorok leher kambing, mengulitinya, dan mengiris-irisnya sesuai kebutuhan. Ia pun secara khusus mengambil bagian lidah dan hati kambing lalu mengantarkannya kepada sang tuan. Tuannya memberinya kambing lagi. Tugasnya sama: kambing harus menyembelih. Namun kali ini sang tuan menginginkan Luqman membawakannya bagian yang paling bagus, paling menyehatkan. Luqman menjalankan tugasnya lagi dengan baik. Kambing disembelih, lantas dibawakannya lagi bagian lidah dan hati. Luqman menyodorkan hal yang sama untuk dua permintaan yang saling berlawanan. Tuannya pun bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan Luqman. Jawab Luqman, “Wahai tuanku, tak ada yang lebih buruk ketimbang lidah dan hati bila keduanya buruk, dan tidak ada yang lebih bagus dari lidah dan hati bila keduanya bagus.” Kisah ini mengungkap pesan bahwa hal paling krusial dalam hidup ini adalah terjaganya hati dan lidah. Lebih dari sekadar daging fisik, keduanya adalah kiasan dari nurani dan perkataan manusia. Keduanya memberi pengaruh yang amat menentukan bagi orang lain dan lingkungan sekitar, entah dalam wujud yang manfaat atau merugikan.


Mudhoffar. 230823

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara unik Kyai Umar mengatasi santrinya yang Nakal

Pentingnya Kasih Sayang

Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban