Langsung ke konten utama

Dzulqarnain Raja atau Nabi?

Imam Ibnu Jarir Ath Thabari meriwayatkan bahwa Imam Mujahid pernah berkata, “Raja timur dan barat itu ada 4. Dua orangnya adalah beriman, dan dua orang lagi adalah kafir. Adapun dua yang beriman itu adalah Nabi Sulaiman bin Daud as dan Raja Dzulqarnain. Sedangkan dua orang yang kafir adalah Bukhtanshar raja romawi dan Namrud bin Kan’an.

Kisah Raja Dzulqarnain tercantum pada Alquran Surat al-Kahfi ayat 83-10. Para pakar berbeda pendapat tentang siapa jati diri Raja Dzulqarnain.

Di antaranya ada yang berpendapat bahwa ia adalah Alexander The Great dari Makedonia.

Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah salah seorang penguasa Hiymar (Yaman) dan ada pula yang mengemukakan bahwa ia adalah Kaisar Cyrus dari Persia dan masih banyak pendapat tentang siapa jati diri Dzulqarnain yang sesungguhnya.

Dalam Alquran dikatakan bahwa Raja Dzulqarnain adalah seseorang yang telah diberikan kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang besar di bumi dan telah diberikan pula kepadanya jalan untuk meraih segala sesuatu yang dia perlukan guna mewujudkan harapannya.

Ia pun menempuh sebuah jalan yang telah diajarkan kepadanya untuk mewujudkan hal tersebut.

Sampai suatu ketika ia telah tiba di suatu wilayah yang sangat jauh di barat, yaitu lokasi matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, ia bertemu suatu kaum yang kafir dan durhaka.

Allah berfirman kepadanya,

“Wahai Dzulkarnain! Engkau boleh menghukum mereka atas kedurhakaan mereka, atau kamu boleh berbuat kebaikan pada mereka dengan mengajak mereka beriman sehingga mereka menyadari kesesatan mereka dari jalan Allah.”

Raja Dzulqarnain pun berhasil menaklukkan barat. Kemudian untuk memperluas kekuasaannya, dia dengan cara yang sama menempuh suatu jalan yang mengarahkannya ke belahan dunia timur.

Hingga akhirnya ia tiba di wilayah timur yaitu di tempat matahari terbit. Di daerah itu ia mendapati matahari bersinar di atas suatu kaum yang tidak kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari terik dan panasnya cahaya matahari.

Setelah berhasil menguasai kawasan timur, Raja Dzulqarnain melanjutkan perjalanannya menuju daerah yang lain lagi.

Dzulqarnain melanjutkan perjalanan hingga ketika ia sampai di suatu daerah di antara dua gunung tinggi dan terjal sehingga sulit dilalui, didapatinya di belakang kedua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan Dzulqarnain karena perbedaan bahasa mereka.

Melalui seorang penerjemah, kaum ini pun berkata bahwa mereka terancam oleh kehadiran kaum yang bernama Yakjuj dan Makjuj, yang mana keduanya itu selalu melakukan penindasan dan berbuat kerusakan di Bumi.

Kaum ini pun kemudian meminta kepada Raja Dzulqarnain agar membuatkan mereka dinding yang kuat sebagai penghalang antara mereka dan Yakjuj dan Makjuj dengan imbalan sejumlah harta.

Mendengar tawaran umat yang terancam tersebut, Raja Dzulqarnain yang bijaksana kemudian berkata,

“Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku yang meliputi kekuasaan, keluasan wilayah dan kekayaan harta benda lebih baik daripada apa yang kalian tawarkan kepadaku.

Maka sebagai gantinya bantulah aku dengan seluruh kekuatan yang ada agar aku dapat membuatkan dinding yang kuat sebagai penghalang antara kamu dan mereka.

Sehingga kamu semua merasa aman karena terhindar dari serangan mereka.”

Raja Dzulqarnain dan kaum tersebut membuat dinding penghalang yang terbuat dari potongan besi yang dipanaskan hingga meleleh untuk dituangkan diatas dinding sehingga menjadi dinding yang kokoh.

Dinding ini dibuat dengan tinggi sama rata dengan kedua gunung, dibuat tinggi tegak agar tak bisa dipanjat dan dibuat tebal agar tak dapat dilubangi.

Seiring dengan selesainya pembangunan dinding, dia bersyuklur kepada Allah dan berkata,

“Sesungguhnya dinding ini dan kemampuan untuk membuatnya adalah rahmat dari Tuhanku bagi hamba-Nya yang saleh.

Dinding ini akan menjadi penghalang dari orang atau bangsa lain yang akan menyerang. Bangunan ini akan terus berdiri tegak sampai waktu yang telah Allah janjikan untuk meruntuhkannya, karena tidak ada satupun benda di bumi ini yang tidak hancur pada akhirnya.”

Bila saat itu tiba, semua yang ada di bumi akan hancur, dan pada hari itu kami biarkan mereka, Yakjuj dan Makjuj berbaur antara satu dengan lainnya tanpa penghalang apa pun karena dinding kokoh itu telah hancur.

Ketika sudah bercampur baur dan sangkakala ditiup untuk yang kedua kali, akan kami kumpulkan mereka semuanya di Padang Mahsyar, tempat pertemuan semua makhluk ketika itu.

Mudhoffar 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara unik Kyai Umar mengatasi santrinya yang Nakal

Pentingnya Kasih Sayang

Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban