Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Dzulqarnain Raja atau Nabi?

Gambar
Dzulqarnain adalah seorang muslim yang beriman, yang masuk Islam di masa Nabi Ibrahim. Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Dzulqarnain ini pernah thawaf di Ka’bah ketika baru dibangun oleh Nabi Ibrahim. Ia diberi Allah kerajaan yang luas dari timur ke barat. Para ulama berbeda pendapat apakah dia seorang Nabi atau tidak. Imam Ibnu Jarir Ath Thabari meriwayatkan bahwa Imam Mujahid pernah berkata, “Raja timur dan barat itu ada 4. Dua orangnya adalah beriman, dan dua orang lagi adalah kafir. Adapun dua yang beriman itu adalah Nabi Sulaiman bin Daud as dan Raja Dzulqarnain. Sedangkan dua orang yang kafir adalah Bukhtanshar raja romawi dan Namrud bin Kan’an. Kisah Raja Dzulqarnain tercantum pada Alquran Surat al-Kahfi ayat 83-10. Para pakar berbeda pendapat tentang siapa jati diri Raja Dzulqarnain. Di antaranya ada yang berpendapat bahwa ia adalah Alexander The Great dari Makedonia. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah salah seorang penguasa Hiymar (Yaman) dan ada pula y...

Ketamaan kembali pada Allah

Gambar
An Nawadir 20 Dahulu di zaman Nabi Dawud AS, terdapat raja yang nakal. Dan masyarakatpun sewot lalu mengadu pada Nabi Dawud perihal kelakuan raja nakal tersebut. "Wahai Nabi, mintakanlah keadilan untuk umatmu ini. Kami tertindas dengan kebijakan-kebijakan sang raja ". Lalu Nabi Dawud memerintahkan untuk secepatnya mengikat raja itu jauh di atas gunung. Setelah diikat lalu mereka pulang meninggalkan raja terikat sendirian diatas gunung. Dalam keadaan tersebut lalu raja memohon pertolongan pada tuhan-tuhan yang dulunya pernah disembah, akan tetapi tidak ada satupun tuhan yang bisa menolongnya. Lalu raja tersebut mencoba memohon pada matahari dan rembulan yang keduanya menurut sebagian orang dianggap sebagai tuhan. Akan tetapi tetap sama, matahari rembulan tidak bisa menolongnya. Lalu untuk terakhir kalinya raja itu memohon pada Allah dengan menyebut-menyebut namanya serta bersungguh-sungguh memohon pertolongannya. Raja bilang "Wahai tuhanku, aku telah lama medu...

Sang Kyai Hamdalah

Gambar
𝗦𝗔𝗡𝗚 𝗞𝗜𝗔𝗜 𝗛𝗔𝗠𝗗𝗔𝗟𝗔𝗛 Al_’allamah Syaikh Mahfudz Termas, pernah mengangkat topik pembahasan tentang “Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin” dan “Laa Ilaaha illallaahu”. Bahwa ternyata ulama berbeda pendapat; mana yang lebih utama bagi hamba yang mengucap salah satu di antara keduanya? Segolongan ulama berpendapat; mengucapkan “Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin” lebih utama, karena kalimat itu mencakup ikrar ke-Esa-an (tauhid) sekaligus pujian. Sedangkan “Laa Ilaaha illallaahu” hanya mencakup tauhid saja. Golongan ulama lain menyatakan “Laa Ilaaha illallaahu” lebih afdhal. Sebab kalimat ini mampu menghapus stempel kafir dan musyrik saat diucapkan. Sekaligus menjadi titik juang perang kita kepada manusia. Di tambah lagi sabda Nabi SAW; أفضل ما قلت أنا والنبيون من قبلي: لاإله إلاالله وحده لاشريك له Meneladani “Sang Kiai Hamdalah” Almaghfurlah KH Fuad Mun’im Djazuli Ploso, penting sekali bagi para santri memahami betapa dahsyat kekuatan Alhamdulillah yang senantiasa beli...

Apa do'a dapat merubah taqdir

Gambar
Kita adalah sebagai makhluk hidup، yaitu makhluk yang dibuat oleh Allah, yang diatur oleh Allah, yang semuanya tidak luput dari kendali Allah. Kita hanya bisa menjalani hidup ini yang telah dicatatkan oleh Allah untuk kita semua. Akan tetapi dalam kita menjalani hidup, kita harus berusaha sebaik mungkin jangan sampai melakukan kesalahan dalam hidup kita agar hidup yang telah kita jalani benar-benar benilai baik, bernilai ibadah yang dapat memperberat timbangan amal baik kita di akhirat. Sudah kita ketahui bersama bahwa sedekah dapat menolak bala', do'a pun juga. Tapi apakah benar do'a dan sedekah dapat merubah ketentuan/Taqdir Allah Ta'ala? Sebelumnya perlu kita ketahui dahulu bahwa Taqdir itu ada 2 macam. Mubrom dan Mu'allaq. Taqdir Mubrom adalah taqdir yang putusannya tidal dapat berubah. Sedangkan Taqdir Mu'allaq adalah taqdir yang putusannya masih dapat berubah. Contoh yang pertama adalah kelahiran atau kematian, kita tidak dapat memilih kita d...

Perbedaan antara Alif Fariqoh dan Alif Fashilah

Gambar
ما الفرق بين الألف الفارقة أو الألف الفاصلة ؟ (الألف الفاصلة ) هي التي يُؤْتى بها للفصل بين الأمثال في الكلمة الواحدة كالألف الفاصلة بين نون النسوة ونونَي التوكيد في نحو : اضربنانّ زيدًا ،وإنما زادوها زيادة واجبة منطوقة فصلا بين النونات فلولاها لاجتمعت ثلاث نونات في كلمة وهو ثقيل في لسان العرب. وأمّا ( الألف الفارقة ) فهي التي يُؤْتى بها للتفرقة بين الأسماء والأفعال بأن تُرْسَم بعد واو الجماعة إذا كانت طرفًا مثل : (فان لم تفعلوا ولن تفعلوا ) ولو كانت غير متطرفة فليس للألف أن تُزاد ، كما تقول : كنتم تفعلون كذا وكذا ؛ فارقة بين هذا وبين الأسماء المرفوعة وعلامة رفعها الواو أي جمع المذكر السالم عند إضافتها فإنها ترسَم بغير ألف ، نحو : محسنو هذا البلد يسهمون في نشر الكتب . وكذلك في الأفعال الواوية وهي التي في آخرها واو مثل : يدعو ، ويغزو ، ويرنو ونحوها من المعتلات الأواخر فإن الألف ليس لها محل فيها. وجملة الأمر أن الألف الفاصلة منطوقة والألف الفارقة مُرسومة غير منطوقة. مظفّر

Pentingnya Kasih Sayang

Gambar
An Nawadir 19 Diceritakan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad perjalanan pulang setelah melaksanakan shalat ied, nabi melihat anak-anak sedang bermain bersama, tapi ada salah satu anak kecil berpakaian kusut yang hanya duduk pinggir jalan tidak ikut bermain. Nabi bertanya : "Hai nak, kenapa kamu menangis dan tidak ikut bermain?". Anak tersebut menjawab dan dia tidak tahu bahwa yang sedang bertanya adalah Nabi Muhammad SAW. "Tolong biarkan saya sendiri, bapakku telah meninggal dalam peperangan bersama Nabi Muhammad, lalu ibu saya menikah lagi dengan seorang laki-laki. Namun yang menyedihkan adalah suami baru ibuku itu nakal, harta bagianku dimakan, aku diusir dari rumah, akhirnya saya sekarang tidak punya siapa-siapa, dan tidak punya apa-apa. Kalau saya melihat teman-teman, mereka masih mempunyai orang tua, bermain dengan senang, berpakaian yang bagus. Melihat semua itu akhirnya kesedihanku semakin membara dan membuatku menangis". Lalu Nabi memegang kedua ta...

Keutamaan Bertawakkal pada Allah

Gambar
An Nawadir 18 Diceritakan bahwasanya Dzun Nun Al-Mishri berburu di laut bersama anak perempuannya yang kecil. Dzun Nun melemparkan jala ke laut dan berhasil menangkap seekor ikan. Setelah berhasil, ikan itu hendak diambil dari jala. Namun anak perempuannya melihat bahwa ikan dalam jala tersebut menggerak²an mulutnya. Lalu anak itu mengambil ikan dari jala dan melemparkannya lagi ke laut. "Mengapa engkau melakukan itu..??" tanya Dzun Nun al-Mishri kepada anaknya. "Ayah,, aku tidak rela seekor makhluk yang berdzikir kepada Allah Swt, dimakan," jawab si anak. "Terus apa yang akan kita kerjakan..??" "Kita bertawakkal kepada Allah Swt, dan Allah akan memberikan rezeki kepada kita dari hewan yang tidak disebutkan oleh Allah Swt," jelas si anak. Sang ayah pun meninggalkan perburuan ikan. Mereka berdua berdiam diri dan bertawakkal kepada Allah SWT sampai sore, namun tidak ada sesuatu pun rezeki yang datang kepada mereka berdua. Ketika 'I...

Keutamaan Ikhlas

Gambar
An Nawadir 17 Diceritakan bahwa Asy-Syibli pada suatu hari menyampaikan suatu ceramah dengan penuh wibawa tentang Allah Swt, di satu majelis. Seorang pemuda yang mendengar ceramah itu berteriak kencang hingga mati, para kerabatnya mengadukan hal tersebut kepada penguasa setempat. Mereka mengaku bahwa anaknya terbunuh. "Apa yang kamu katakan..??" tanya penguasa kepada pemuda yang sudah meninggal tersebut. "Wahai Amirul Mukminin..sebuah ruh yang rindu, menangis, kemudian diajak, dan memenuhi panggilan. Apakah salah..??" Jawab mayat itu. Amirul Mukminin pun menangis dan berkata kepada para kerabat dari pemuda yang telah meninggal tersebut: "Lepaskanlah jalannya, Ia tidak mempunyai dosa!" Mudhoffar Ahmad.