Pengarang Nahwu & Shorof


Bangsa arab merupakan bangsa yang memilki nilai sastra yang tinggi. Di zaman Arab kuno setiap tahunnya diadakan pasar seni dimana mereka berkumpul dan membanggakan syair-syair yang ada diantara mereka. Salah satu pasar seni yang terkenal adalah Pasar ‘Ukadz yang diadakan pada bulan Syawal.
Awalnya bahasa Arab amat terjaga sampai islam menyebar luas ke negeri-negeri ‘ajam (bukan Arab). Dari sinilah mulai timbul kesalahan dalam melafadzkan bahasa arab. Penyebab utamanya adalah adanya percampuran antara bahasa arab dengan 'ajam. Kekeliruan ini sangat berbahaya karena boleh merusak makna ayat Al Quran. Sehingga Akhirnya kaidah-kaidah bahasa arab disusun dan diberi nama nahwu.

Kebanyakan Ulama' menyepakati bahwa pengarang pertama kali Ilmu Nahwu adalah Imam Abul Aswad Ad Du'ali (Ad Dauli). Beliau lahir di kota Kuffah dan bersomisili, membuat suri tauladan dan meninggal dibkota Bashroh. Dua kota tersebut sekatang berada di negara Irak.
Sedangkan pengarang pettama kali Ilmu Shorof adalah Al Imam Abu Muslim Mu'adz bin Muslim Al-Harra An-Nahwi Al-Kufi (Arab: أبو مسلم معاذ بن مسلم الهرا النحوي الكوفي‎) atau lebih dikenal dengan Muadz bin Muslim (wafat pada tahun 187 H/803).
Beliau yang memulai pembahasan secara mendalam tentang kaidah perubahan kata dalam bahasa arab. Beliau juga seorang ulama dibidang Nahwu. Beliau pula mengajarkan Qira'at al-Qur'an dan meriwayatkan hadis kepada Al-Kisa'i, menceritakan banyak hikayat dalam qira'atnya tersebut, menulis banyak karya tulis dibidang nahwu namun karya tulisnya tidak ditemukan pada zaman sekarang ini. Pada zamannya ia dikenal sebagai orang yang memiliki umur yang panjang. Diceritakan dalam salah satu buku yang menceritakan sahabat Imam Muadz : Saya menemani Muadz bin Muslim dalam waktu yang lama, pada suatu hari saya bertanya kepadanya, berapa umurmu? maka ia menjawab: enam puluh tiga tahun, kemudian kami menetap beberapa tahun dan saya bertanya kembali kepadanya, berapa umurmu? maka ia menjawab : enam puluh tiga tahun, dan saya pun berkata : Saya telah menetap bersamamu selama dua puluh satu tahun, tetapi setiap saya bertanya berapa umurmu, anda selalu menjawab enam puluh tiga tahun, maka Muadz berkata : Seandainya kamu tinggal bersamaku lagi selama dua puluh satu tahun lagi maka tidak akan aku jawab kecuali dengan jawaban tersebut.

Kawulo Alit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara unik Kyai Umar mengatasi santrinya yang Nakal

Pentingnya Kasih Sayang

Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban